Aku sempat berpikir, dari mana asal musik yang selalu menghiasi hidup manusia di dunia ini. Tanpa butuh waktu lama, ternyata aku mendapat jawabnya. Musik berasal dari surga. Hal itu sangat bisa dipercayai. Pertanyaannya, bagaimana dengan musik modern yang kita kenal seperti sekarang ini? apakah dari surga langsung diturunkan ke bumi begitu saja tanpa ada proses? Memang ada proses. Karena ternyata, manusia pada jaman dulu tidak mengenal notasi atau tanda baca dalam sebuah komposisi/lagu. Hal itu membuat manusia lebih susah dalam kehidupan bermusik mereka. Lantas bagaiamana asal mula musik modern yang lazim kita dengar seperti sekarang ini?
Di Ugarit ditemukan beberapa tulisan persegi (dari th 1400 sM) yang
menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa Huri, disertai sejenis notasi, tetapi tidak
berhasil untuk ditiru atau dinyanyikan ulang.
Begitu juga tidak ada kepastian apakah bangsa Ibrani (Israel) mempunyai suatu
sistem notasi. Memang telah diusahakan untuk menafsirkan tanda-tanda
tekanan suara dari naskah Ibrani sebagai bentuk notasi tetapi
ternyata tidak berhasil, sebab tanda-tanda tekanan suara itu lebih
dipergunakan untuk pengucapkan/pelafalan syair daripada untuk musik/lagu, di samping itu
tanda-tanda tersebut merupakan tambahan yang dibuat dari karya aslinya.
Dengan tidak adanya notasi musik yang dibakukan ataupun yang bisa
ditulis, kita tidak akan bisa menyebar-luaskan satu karya musik ataupun
mewariskannya ke generasi penerus. Karena adanya notasi musik inilah,
maka hingga saat ini kita masih bisa tetap menikmati hasil karya dari
Bach, Mozart, Beethoven maupun Chopin.
Siapa sebenarnya pencetus ide dari notasi musik barat modern seperti
yang kita kenal sekarang ini? Pada abad XI (995-1050) seorang
rahib dari ordo Benediktin yang bernama Guido dari Arezzo berusaha
mengajarkan kepada siswa-siswinya untuk menghafal nada-nada dari
c-d-e-f-g-a. Karena ia sudah hafal dan sudah akrab di telinganya dengan
"Ut Queant Laxis", lagu Kristen mengenai rasul Yohanes, maka ia
menciptakan alat Mnemonis:
DO = UT-queant laxis
RE = REsonare fibris
MI = MIre gestorum
FA =FAmuli tuorum
SOL =SOLve pollutis
LA =LAbiis reatum
SI =Sancte Iohannes
Suku kata asli dari kata-kata keenam ungkapan ini telah bisa dijadikan
nama nada: ut, te, mi, fa, sol, la. Hingga saat ini kita masih
menggunakan sistem ini, hanya untuk kata UT telah diubah menjadi DO
dan setelah La masih ada tambahan Si.
Guido dari Arezzo inilah yang membebaskan ketergantungan manusia
pada abad sebelumnya daripada tradisi oral yang turun menurun
diwariskan. Karena adanya nada notasi musik inilah maka umat manusia
sekarang ini bisa memiliki harta simpanan yang sangat besar berupa
ratusan ribu karya musik mulai dari karya musik yang berat, sampai ke
lagu-lagu yang sederhana sampai dengan simfoni-simfoni yang rumit.
Melalui notasi ini pulalah, musik mulai bisa ditulis dan diajarkan
dari lembaran musik, teori musik pun bisa diikuti melalui notasi
dengan mana lebih mudah untuk mempelajari sebuah lagu maupun intrument
dari musik, dan mulai saat itu pula polifoni (lebih dari satu irama
yang bisa dimainkan bersamaan) begitu juga dengan menciptakan
keharmonian dalam nada musik maupun lagu.
Dari sekolah Notre Dame di Paris terciptakan motet. Motet adalah
awal harmoni empat bagian soprano, alto, tenor dan bas. John C Hatton
yang hidup diabad ke-18 (?-1793) telah menciptakan satu melodi yang
lebih dikenal dengan nama "Duke Street", berdasarkan nama jalan tempat
dimana ia tinggal di St Helen - Inggris. Ternyata melodi ini menjadi
sedemikian populernya, sehingga bisa dinilai merupakan melodi yang
paling banyak digunakan untuk menciptakan lagu pujian rohani.
Inilah antara lain puji2an yang menggunakan melodi dari "Duke
Street": Almighty Father, Bless the Word* Forth in Thy Name, O Lord *
From All That Dwell Below the Skies * I Know That My Redeemer Lives *
Jesus Shall Reign* O God, Beneath Thy Guiding Hand* O Lord, Thou Art My
God and King* Our Lord Is Risen from the Dead.